Kamis, 11 April 2013

 

Kemajuan Ekonomi Indonesia di Tahun Politik hingga tahun 2014 akan terus meningkat, meskipun hingga tahun 2014 adalah tahun politik yang PAnas. Dalam 10 bulan kedepan merupakan tahun politik dalam penyelenggaran pemilihan umum dan kegiatan - kegiatan politik nasional dan daerah. sesuai dengan pernyataan Wapres Boediono saat memberikan sambutan dalam acara "Economist Conference Indonesia Summit 2013" di Jakarta, kemarin.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2012 di atas angka pertumbuhan ekonomi dunia, ekonomi negara-negara emerging serta ekonomi negara-negara sedang berkembang. Selama ini fakta menunjukkan bahwa bangsa Indonesia tetap menjadi salah satu tempat yang kondusif dengan iklim ekonomi yang baik sehingga kemajuan ekonomi Indonesia tetap meningkat sehingga menjadi alasan yang kuat untuk bangsa agar selalu optimis pada kemajuan ekonomi indonesia.


Menurut Wapres Boedono Bukti yang sangat kuat lagi diperlihatkan oleh bangsa Indonesia pada saat berhasil melewati krisis global pada tahun 2008 yang hampir tanpa kesulitan. Pada saat itu memang ada beberapa sektor yang tumbuh negatif kemudian pulih dengan cepat dan semenja saat itu ekonomi indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan lebih dari 6% dengan penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.

Katanya lagi sepanjang periode tersebut stabilitas keuangan dan ekonomi tetap dipertahankan. Menurut Boediono, perekonomian Indonesia sangat berlabuh di dua pilar stabilitas, yaitu politik dan makro ekonomi.

Kemajuan Ekonomi Indonesia di Tahun Politik kondisi politik maupun perekonomian Indonesia masih jauh lebih baik dibandingkan dengan negara lain.


Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber daya alam yang luas dan beragam dengan konsumsi domestik sekitar 60%. Pada sisi permintaan perekonomian Indonesia juga sangat kuat dengan pertumbuhan konsumsi dan investasi akan membaik selama dua hingga tiga tahun ke depan.

Hal lain yang menjadikan Wapres optimistis dengan perekonomian nasional adalah kondisi politik yang stabil, meskipun banyak negara yang alami krisis politik. "Meskipun banyak rintangan awal, reformasi berjalan dengan baik. Demokrasi baik di tingkat pusat maupun daerah juga berjalan baik," kata Wapres.

Hatta Rajasa Bangga Terhadap Perekonomian Indonesia

berita ekonomi hatta rajasa bangga terhadap perekonomian indonesia

Berita ekonomi kali ini mengenai Menteri Ekonomi kita, yaitu Hatta Rajasa berkata bahwa ekonomi Indonesia sekarang sedang memasuki masa keemasan. Hal itu diungkapkan beliau pada saat berlangsungya acara upacara pembuka Forum Bisnis Indonesia-Myanmar tepatnya di acara Yangon Myanmar Chamber of Commerce di Markas Yangon Myanmar, Rabu (2013/03/04) lalu.


Bahkan ekonomi Indonesia berkembang 6,23% di tahun 2012, terbukti betahan dari serangan gencar krisis dan dapat berkembang lebih dari 6% selama beberapa tahun belakangan. Bersama kepercayaan diri, Hatta, klaim perekonomian Indonesia dapat menembus 6,8% di tahun 2013.

"Indonesia mempunyai krisis ekonomi abadi dan pertumbuhan berkelanjutan, perekonomian kita tumbuh 6,23% pada tahun 2012," katanya.

Bahkan, ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi krisis ekonomi dunia. Serta peningkatan kekuatan dari BUMN dan swasta tanah air perusahaan, sehingga ekonomi Indonesia punya dimasukkan ke dalam ranking 15 top dunia.

Hatta di depan belasan pengusaha nasional dan pengusaha menerangkan, sektor yang akan dimasuki oleh Indonesia termasuk pariwisata, UKM, kehutanan, pertambangan, perbankan, penerbangan, energi, minyak dan pertanian.

"Saya menekankan, untuk negara untuk menciptakan sebuah hubungan jangka panjang serta alih teknologi ke Myanmar," tambahnya.

Di acara ini, tampaknya hadir Wakil Menteri Perdagangan Myanmar, Pwint Hsan, Ketua Kamar Dagang dan Perindustrian (Kadin) Myanmar, Win Aung dan 46 perusahaan dan wirausahawan lokal Myanmar. Dari Indonesia, hadir para delegasi dari 15 BUMN seperti dari PT Timah Tbk (TINS), PT Pertamina, PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Antam Tbk (ANTM), PT Pupuk Indonesia, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia, PT PLN, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Telkom Tbk (TLKM), Perum Bulog, PT Dirgantara Indonesia, PT INTI, PT Indofarma Tbk (INAF), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)

Tiga Pintu Tempat Masuknya Krisis Ekonomi

krisis ekonomiKrisis Ekonomi – Sebenarnya kami agak enggan untuk menulis artikel ekonomi yang berkaitan dengan krisis apalagi menceritakan krisis ekonomi yang melanda negara kita, Indonesia. Karena dengan membahas kembali tentang krisis ekonomi akan mengingatkan banyak orang di negara ini tentang buruknya kualitas penanganan ekonomi di negara kita beberapa tahun yang lalu.

Namun kami menemukan sebuah opini yang kami rasa perlu untuk menjadi acuan para pemimpin di negara ini khususnya dalam memacu peningkatan kualitas ekonomi Indonesia yang bentuknya lebih kepada pencegahan agar krisis yang sangat tidak kita inginkan itu tidak terjadi lagi. Inilah artikel tentang tiga pintu yang menjadi tempat masuknya krisis ekonomi di negara kita. Dengan memahami artikel ini, mudah – mudahan kita bersama bisa mencegah terbukanya kembali tiga pintu tersebut agar krisis ekonomi segera menjauh dari negeri tercinta ini.


Tiga Pintu Tempat Masuknya Krisis Ekonomi

Dari informasi yang kami kutip dari berbagai sumber, pada bulan Juni 2012 lalu Agus Martowardojo selaku Menteri Keuangan pernah mengatakan bahwa krisis ekonomi yang melanda Eropa itu bisa masuk ke negara Indonesia melewati tiga pintu, yaitu melalui pintu perdagangan, pintu keuangan, dan kepercayaan. Hal ini beliau sampaikan sesaat setelah mengadakan rapat Komisi Keuangan di DPR RI beberapa waktu lalu.

Melalui pintu perdagangan diprediksi bahwa nilai ekspor Indonesia akan mengalami guncangan. Terbukti pada April 2012 yang lalu sesuai dengan data dari Badan Pusat Statistik tercatat bahwa Indonesia mengalami defisit nilai ekspor sebesar US$ 641 juta lebih. Hal ini diakibatkan nilai impor yang terjadi di pasar perdagangan lebih besar dibanding nilai ekspor dari dalam negeri. Besarnya nilai impor saat itu mencapai US$ 16,62 Miliyar, sedangkan nilai ekspor hanya mencapai US$ 15,98 Miliyar. Meskipun demikian beliau mengatakan bahwa Indonesia tidak perlu bergantung pada nilai ekspor saja meskipun hal tersebut memang ada pengaruhnya terhadap stabilitas keuangan negara yang memicu terjadinya krisis ekonomi.

Agus juga mengatakan bahwa pemerintah masih perlu untuk meninjau kembali masalah pengendalian impor. Hal ini diperlukan sebab pemerintah juga masih kesulitan dalam mengatur kebijakan ekspor. Dan jika pembatasan impor ini dilakukan, maka hal yang perlu menjadi pertimbangan pemerintah adalah kepastian pemenuhan kebutuhan domestik dengan produksi dari dalam negeri. Berarti jika kebutuhan dalam negerti dapat terpenuhi dengan produksi dalam negeri, maka nilai impor bisa ditekan. Jika produksi dalam negeri tidak dapat mencukupi kebutuhan domestik maka resikonya adalah timbulnya kelangkaan dan memicu meningkatnya inflasi.

Dan untuk mengatasi masuknya krisis ekonomi melalui pintu keuangan dan kepercayaan, Beliau telah menyampaikan bahwa kondisi krisis yang melanda Eropa telah merangsang pemerintah kita untuk melakukan konsolidasi penyehatan keuangan. Dan sebagai antisipasinya, pemerintah kita juga telah membentuk protokol manajemen krisis yang berfungsi untuk menstabilkan kesehatan fiskan, menstabilkan rasio utang negara, dan memperkokoh kondisi ekonomi domestik.

Beberapa Langkah Yang Dilakukan Pemerintah untuk Mencegah Krisis Ekonomi


Mengenai ketahanan fiskal sebenarnya pemerintah kita optimis sanggup untuk tetap menjaga defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan tetap berada di bawah angka 3%. Di sisi lain, pemerintah juga terus melakukan perbaikan iklim investasi dan memperbaiki kondisi infrastruktur dengan tujuan untuk menjaga pergerakan pertumbuhan ekonomi agar kuat terhadap ancama krisis ekonomi.

Dan informasi terbaru di sektor utang yang muncul baru – baru ini adalah fasilitas pinjaman sebesar US$2 Miliyar berhasil didapatkan oleh pemerintah kita dari Bank Dunia. Meskipun sebenarnya dana ini baru bisa dimanfaatkan apabila pemerintah tidak memenuhi keperluan pembiayaan dan juga defisit anggaran. Misalkan krisis Eropa semakin memburuk, maka asumsi ekonomi makro yang memiliki ketetapan defisit senilai 2,23% tentunya akan semakin meningkat.

Dengan beberapa langkah – langkah ini, pemerintah yakin krisis ekonomi yang mengancam di tengah kondisi ekonomi global yang sedang bergejolak, maka Indonesia masih mempunyai ketahanan ekonomi yang cukup mampu untuk menghadapi gejolak ekonomi global tersebut.